Total Tayangan Halaman

Kamis, 14 Oktober 2010

Masih Untukmu (CerPen)

          Laju pengendara motor ataupun mobil membuatku takut mempercepat laju tungganganku (motor). Apalagi hujan deras yang mengguyur bumi membuat jalanan yang setiap hari di gilas ban motorku menjadi licin. Aku sengaja membiarkan air dingin ini mengguyur tubuhku, karena aku ingin secepatnya kembali ke bawah atap rumahku.
            Tiba-tiba seseorang mengemudikan motornya sangat kencang sekali. Suara derunya seakan memecah di hamparan gemericik air yang berjatuhan. Dan sepertinya aku kenal siapa yang mengemudikannya “Dika”. Kebetulan aku pernah menaiki motor itu. Sebab, dia pernah mengisi ruang hatiku yang sekarang sudah terisi kembali. Walaupun kami sudah berpisah, Tapi asal tahu saja aku masih sangat mencintainya. Kabarnya sekarang dia sudah memiliki yang lain. Dan aku pasrahkan itu. Sebab aku juga sudah punya Titan. Pacarku sekarang.
            Segerombolan manusia berkumpul di tepi trotoar. Bising suara mereka bagaikan lebah yang menggerumbuli bunga-bunga. Terlihat mobil polisi, pemadam kebakaran, serta mobil ambulance masih meneriakkan sirinenya. Aku penasaran juga. Akhirnya aku tepikan motorku sebentar, dan akupun menuju tempat lokasi kejadian. Darah-darah berceceran kemana-mana. Yang membuatku terpukul adalah, aku meliha motor Dika hancur remuk menabrak pembatas jalan. Karena masih tidak percaya dengan apa yang ku lihat. Lalu akau menghampiri seorang perawat dari ambulance.
“maaf, boleh nanya ?” ucapku
“ya mbak , ada yang bisa di bantu ?” ucapnya
“siapa yah nama korban ?”tanyaku cemas
“mbak siapanya ?” Tanya perawat itu lagi
“ngga saya cuman khawatir kalau yang tabrakan itu kerabat saya. Habisnya, motornya sama sih” jawabku
“ouh…!, ya sudah. Kami tadi menemukan identitas korban. Ini dia” perawat itu menunjukkan kartu pelajar yang tadi di temukannya.
Betapa syoknya aku ketika melihat tulisan nama di kartu pelajar itu. Andika Pramatrihusada Atmaja. Aku mengenalnya, yang tidak lain adalah Dika. Seketika tanpa ku sadari airmata ku sudah mengalir bercampur dengan derasnya air hujan. Aku pandangi tandu yang sedang di bawa oleh beberapa perawat lainnya. Tak sengaja angin yang cukup kencang meniup kain parasut penutup korban, sehingga aku melihat bagaimana wajah Dika kini, wajah Dika yang sangat tidak layak di lihat oleh orang awam sepertiku. Wajah yang mungkin boleh dibilang menjijikkan. Aku benar-benar tidak tega melihatnya. Apalagi di hatiku, aku masih menyimpan serpihan-serpihan cinta yang pernah ada untuknya. Aku masih mencintainya.
Aku bertanya dalam benakku”mengapa harus aku yang melihatnya ?”. manusia mana yang tidak akan perih hatinya jika melihat kejadian mengenaskan seperti itu. Apalagi yang menjadi korban adalah orang paling kita kasihi. Sungguh aku masih tak percaya.

***
Saat aku menginjakkan kakiku di lantai ruang kelas. Tiba-tiba suara isak tangis Hera menggema. Aku sudah tidak heran lagi melihatnya seperti itu. Karena, aku tahu apa yang sebenarnya terjadi. Hera baru saja kehilangan Dika, yang tidak lain adalah pacarnya.
“hai Gwen…, tahu ngga ?, kelas kita baru berduka” ucap Liska
“Gue tau” ucapku tenang lalu aku tak berkata apa-apa lagi. Aku takut jika harus meneruskan percakapanku dengan Liska. Aku takut jika percakapanku ini akan membuatku ingat dengan kejadin kemarin. Saat kejadian mengenaskan itu terjadi.
“ko’ loe ngga sedih ?, Dika kan mantan loe ?, dan setahu gue loe masih sayang kan sama dia ?” bisik Liska.
Namun aku hanya bisa tersenyum sambil menahan tangisku. Takut air mataku berhamburan di kelas, lalu kuputuskan untuk kekamar kecil. Aku takut mereka melihatku menangis, aku takut terjadi kesalah pahaman antara aku dan juga Hera. Entah mengapa sejak kejadian kemarin aku hanya bisa merasakan sedih dan takut. Mungkin ini efek dari merasa kehilangan, namun tidak memiliki, dan sebenarnya masih ingin memiliki.

***
Hera sedang duduk di bangku taman sekolah. Tiba-tiba dia memanggilku yang saat itu kebetulan lewat.
“GWEN…”teriaknya. Lalu dia melambaikan tangannya
“ bisa kesini sebentar ?” pinta Hera
Akupun mengabulakannya. Perlahan kulangkahkan kakiku menuju Hera.
“ada apaan Her ?” Tanya ku
“duduk dulu”
“ loe udah ngga sedih lagi her ?”tanyaku basa-basi
“kalo sedih sih ya pasti masih. Tapi ngga perlu nangis kaya kemarenkan ?”jawabnya enteng
“sebenernya gue manggil loe, karena gue penasaran sama kata-katanya Dika” jelas Hera
Otomatis aku jadi bingiung.
“pas gue pacaran sama Dika. Terus terang gue ngga terlalu bahagia” ungkap Hera
Mataku tertuju pada Hera .
“ ko’ bisa ? setau gue Dika itu baek kok, romantis lagi !. yah walaupun rada-rada egois, and ngga mau kalah “
“loe masih sayangkan sama dia ?, walaupun loe udah dapatin Titan. Tapi gue yakin loe masih ada perasaan sama Dika”
Ucapan Hera membuatku bingung. Aku jadi menyepi sendiri. Ngga ada kata-kata lagi yang di sampaikan otakku. Seakan-akan terjadi penyumbatan fikiran dalam otakku.
“loe tau ?selagi gue pacaran sama Dika, dia tuh ngga pernah nyanjung gue, muji gue, ataupun ngelaontarin kata-kata cinta sedikitpun, kecuali sekali pas kita jadian, itupun dia ngga mandang ke arah gue”ungkap Hera
“yang bikin gue lebih kecewa lagi adalah. Yang selalu meluncur dari mulutnya itu cuman nama loe Gwen. Itu yang bikin gue penasaran. Se-perfect apa sih loe ?. sampai-sampai gue ngga ada apa-apanya dimata Dika”sambung Hera lagi
“sorry Her, kalau gue udah bikin hubungan kalian jadi hambar. Tapi itu bukan maksud gue. Bahkan semenjak putus dari dia, gue udah jarang banget ngobrol sama Dika, kecuali pas ada profesiaonal kerja dalam pelajaran. Selain itu ngga “ucapku
“ gue ngga nyalahin loe kok’. Mungkin udah nasib gue.” Hera nyengir sendiri
“Gwen, intinya dari percakapan kita ini adalah. Sebenernya hati dan cintanya Dika ngga pernah berpaling dari loe. Dia masih sayang dan cinta sama loe. Bahkan sekarang gue mau minta maaf sama Dika, dengan nyerahin diri gue ke polisi” Ucap Hera
Aku langsung terkejut ketika mendengar Hera mengatakan dia akan menyerahkan diri ke polisi.
“lho? Kok?,”ucapku bingung
“Gwen, sebenernya penyebab kecelakaan  Dika itu karena gue” ungkap Hera sambil mulai sesegukan menangis .
“maksud loe ?”
“karena kalap, gue putusin buat ngempesin ban motornya Dika. Ngga gue sangka ternyata dia ngga merhatiin ban motornya dan terus melaju meninggalkan sekolah. Sebenernya gue udah manggil dia, supaya dia berhenti. Tapi berhubung waktu itu kita lagi ribut. Jadi dia ngga merhatiin gue”jawab Hera. Air matanya terus mungalir.
Tangisku dan emosiku pun mulai tidak terkontrol. Plak, tiba-tiba saja kuhujamkan telapak tanganku ke pipi Hera.
“ kenapa loe tega kayak gitu Her” teriakku
Semua mata yang ada di sanapun tertuju kepada kami berdua yang sedang terjadi konflik.
“loe dah tau kan penyebabnya ?, karena loe Gwen, karena loe !”sahut Hera
“ tapi kenapa musti Dika yang loe hancurin. Kenapa bukan gue aja ?”
“maafin gue Gwen, maafin gue” Hera terduduk di atas rumput hijau yang memang khusus di rawat sama tukang kebun sekolah. Ia berlutut sambil menyembunyikan mukanya dengan tangannya. Sementara aku hanya bisa menangis sambil memandang kesal ke arah Hera .
 ***
Hera menyerahkan diri ke polisi plus sekalian di DO sama KepSek. Karena di anggap sudah mencemarkan nama baik sekolah. Akupun ngga tau lagi sama keadaan Hera sekarang. Apakah dia udah di jadiin sebagai terpidana ataupun di bebaskan. Aku ngga perduli sama sekali. Yang kutau sekarang aku sudah memaafkannya. Dan aku akan menjalani kehidupanku yang baru. Kehidupan yang lebih baik.
Untuk mencapai semua itu, ku putuskan untuk berlibur ke anyer sebentar. Yang pasti ngajak Titan dong. Biar gimanapun dia ngga boleh ketinggalan. Karena dia lah perisaiku saat ini, dan semoga untuk selamanya. Dan Dika, dia akan menjadi cerita indah dalam goresan kehidupanku.

Sekian

Love Is Real                              
                               











Tidak ada komentar:

Posting Komentar