Total Tayangan Halaman

Senin, 18 Oktober 2010


AKHLAK TERPUJI DALAM KEHIDUPAN  SOSIAL


A. Membina Solidaritas Sosial

            Solidaritas artinya perasaan setia kawan. Solidaritas disebut juga sebagai suatu perasaan senasib sepenanggungan kelompok tertentu dalam menyikapi sesuatu. Sikap solidaritas ini sangat penting kita tumbuhkan dalam merajut ukhuwah islamiyah, karena tanpa ini persaudaraan kita akan terasa hambar.

            Beberapa hal yang harus kita lakukan agar terwujud rasa solidaritas, antara lain :
  1. Silaturahmi, yaitu menyambung tali persaudaraan dengan penuh kasih sayang.
  2. Saling mengenal satu sama lain. Selain mengenai (ta’aruf) memiliki pengertian yang amat luas.
  3. Saling memahami (tafahum) yaitu suatu upaya untuk saling memahami orang lain, baik kecenderungan berpikir atau kecenderungan sikapnya.
  4. Saling membantu (ta’awun), yaitu saling menolong terhadap sesama teman baik dalam keadaan lapang maupun dalam keadaan sempit

Manusia adalah mekhluk yang bermasyarakat, artinya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Kita dianjurkan agar saling menolong terhadap sesama. Jika kita menolong orang lain, maka orang lain pun akan menolong kita. Allah berfirman :

“….. Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” (QS. Al-Maidah: 2).

Dari keempat sikap di atas akan muncul solidaritas yakni suatu sikap yang satu sama lain akan merasa saling senasib dan sepenanggungan, sehingga tercipta suatu persahabatan dan persaudaraan yang sejati, baik persaudaraan kebangasaan maupun persaudaraan antar sesama muslim.


B. Mambangun Sikap Tasamuh

            Secara bahasa, tasamuh artinya toleransi, tenggang rasa atau saling menghargai. Secara istilah, tasamuh artinya suatu sikap yang senantiasa saling menghargai antar sesama manusia.

            Toleransi terdiri dari dua macam, yaitu : toleransi terhadap sesama muslim dan toleransi tarhadap selain muslim. Toleransi terhadap sesama muslim merupakan suatu kewajiban, karena disamping sebagai tuntutan sosial juga merupakan wujud persaudaraanyang terikat oleh tali aqidah yang sama.

            Adapun toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan-batasan tertentu selama mereka mau menghargai kita, tidak menyerang dan tidak mengusir kita dari kampung halaman. Bersikap tasamuh bukan berarti kita toleran terhadap sesuatu secara membabi buta tanpa mempunyai pendirian, tetapi harus dibarengi dengan suatu prinsip yang adil dan membela kebenaran.

            Dalam mengamalkan tasamuh agama islam telah memberikan prinsip kepada umatnya agar melakukan hal-hal berikut :
  1. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban antar sesama manusia. (QS. Al-Hujarat (49) ayat 13).
  2. Saling mencintai sesama manusia.
  3. Mengembangkan sikap tenggang rasa. (QS. Al-Hujarat (49) ayat 12).
  4. Tidak semena-mena terhadap orang lain. (QS. Al-Maidah (5) ayat 8).
  5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
  6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
  7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
  8. Merasa sebagai bagian dari umat manusia. (QS. Al-Baqarah (2) ayat 213).

Sikap tasamuh juga mengandung manfaat yang amat besar bagi setiap orang yang melakukannya, yaitu :
  1. Dapat memperkokoh persatuan dan kesatuan yang menjadi syarat mutlak untuk mencapai cita-cita yang tinggi dan mulia.
  2. Dapat mendatangkan rizki dan jalan kehidupan yang menjadi syarat mutlak bagi upaya mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
  3. dapat menimbulkan ketentraman dan kedamaian dalam hidup bermasyarakat, karena antar satu anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya sama-sama saling menjaga, saling bahu-membahu, saling mengingatkan dan lain sebagainya.


C. Menjalin Ta’awun Dengan Sesama

            Ta’awun artinya saling tolong menolong, yang kuat menolong yang lemah, yang mempunyai kelebihan menolong yang kekurangan. Rasulullah Muhammad SAW dalam hadistnya menyatakan :

            “Allah selalu siap menolong hambanya selam hamba tersebut selalu berusaha menolong saudaranya.” (HR. Muslim).

            Hikmah ta’awun adalah akan menumbuhkan dalam kehidupan umat Islam saling mencintai, bahu-mambahu, tolong-menolong dalam menghadapi tantangan kehidupan dunia ini. Antara manusia yang satu dengan yang lainnya seperti satu batang tubuh yang ikut merasakan penderitaan orang lain.





D. Membiasakan Sikap Zuhud

            Zuhud adalah tidak berhasrat terhadap sesuatu walaupun kesempatan untuk memperoleh atau mengerjakannya ada. Zuhud bukan berarti tidak berhasrat terhadap sesuatu yang mubah karena tidak mempunyai kemampuan untuk memperoleh atau mengerjakannya. Zuhud juga bukan berarti menundukkan hawa nafsu dan menyiksanya tanpa maksud memberi kemanfaatan kepada umat atau kepada sekelompok orang. Menundukkan hawa nafsu dengan tujuan seperti itu adalah perbuatan rahbaniyyah (kependetaan) yang diharamkan Islam.

            Fungsi zuhud antara lain untuk mengendalikan diri dari sikap rakus dan tamak dan sikap konsumtif yang berlebihan. Zuhud adalah sifat utama yang berkaitan dengan sifat-sifat utama lainnya, seperti qona’ah, ‘iffah, sabar, tawaddhu’, syaja’ah, dan istiqomah.

            Menurut Ibu Qudamah al-Muqadasi, zuhud itu memiliki tiga sifat, yaitu :
  1. Sedikit sekali menggemari dunia, sederhana dalam menggunakan segala miliknya, menerima apa yang ada. Serta tidak merisaukan sesuatu yang sudah tidak ada, tetapi giat bekerja adalah suatu kewajiban.
  2. Pandangan, pujian dan celaan orang sama saja, tidak bergembira karena mendapat pujian dan tidak pula bersusah hati karena mendapat celaan.
  3. Mendahulukan ridha Allah daripada ridha manusia atau merasa tenang jiwanya hanyalah bersama Allah Ta’ala dan berbahagia karena dapat mentaati tuntunan-Nya.

Zuhud itu bertujuan meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah kepada Allah SWT. Berdasarkan penjelasan diatas paling tidak ada dua karekteristik orang zuhud, yaitu : 1) Orang zuhud tidak menggantungkan kebahagiaan hidupnya pada harta yang dimilikinya. 2) kebahagiaan seorang zahid tiada lagi terletak pada hal-hal yang bersifat material.

Zuhud dari kwalitasnya terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu :
a.      Tingkatan pertama, suatu sikap yang meninggalkan segala sesuatu yang bersifat duniawi karena ia mempunyai keyakinan bahwa nilai kehidupan dunia tidak ada nilainya bila dibandingkan dengan kenikmatan kehidupan diakhirat nanti. Ini adalah tingkatan yang paling tinggi.
b.      Tingkatan ke dua, suatu sikap meninggalkan dunia karena orang yang rakus dan tamak terhadap harta kekayaan dianggap hina dan tak bernilai.
c.      Tingkatan ke tiga, suatu sikap yang berupaya menghindari dan meninggalkan keduniaan, tetapi dalam hatinya masih ada keinginan untuk mendapatkannya.

Hikmah zuhud yang lainnya adalah, hatinya tidak akan sedih, tidak ambisi dalam kedudukan, dan tidak terlena dengan kemewahan dunia.


E. Berusaha Saling Menghargai

            Saling menghargai artinya, dengan sabar membiarkan orang lain untuk berbuat sesuatu atau berlapang dada atas perbedaan-perbedaan dengan orang lain. Hikmah saling menghargai dapat menciptakan kehidupan yang rukun dengan menegakkan nilai-nilai keadilan, perdamaian, kemaslahatan serta terbinanya pola hubungan antara sesama manusia yang menjunjung tinggi nilai-nilai persatuan dan kesatuan dan kasih sayang sesama makhluk ciptaan Tuhan.


F. Tidak Ingkar Janji

            Tidak ingkar janji artinya: benar janji (shidiq al wa’d) apabila berjanji seorang muslim akan selalu menepatinya, sekalipun dengan musuh ataupun anak kecil. Orang yang tidak menepati janji digolongkan orang-orang munafik, sebagaimana hadist Nabi SAW :

 “tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yang pertama apabila berkata dusta, bila berjanji mengingkari dan bila dipercaya khianat.” (HR. Mutafaq Alaih).

            Tidak ingkar janji ialah condongnya hati pada kebenaran, sehingga berkata benar dan menepati janji, sedangkan Amanah adalah rasa tanggung jawab yang dalam, sehingga tindakannya sesuai dengan apa yang sudah dijanjikan. Kedua sifat ini tidak dapat dipisahkan.

            Adapun hikmah tidak ingkar janji sebagai berikut :
  1. Akan menimbulkan ketenangan dan ketentraman di dalam hati sebab hati nurani tidak akan dikejar-kejar oleh perasaan bersalah.
  2. Tidak ingkar janji akan melahirkan sikap jujur dan diberkahi oleh Allah. Sebagai umat Islam seharusnya sikap jujur ataupun tidak ingkar janji diamalkan dalam perbuatan, tingkah laku, bertatakrama, baik dalam lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat selam kita bertempat tinggal dan saling berinteraksi.





















Tidak ada komentar:

Posting Komentar